Selasa, 23 Maret 2010

BREBAYAN / RUMAH TANGGA

Dari buku Life Excellent, Reza M Syarif memberikan beberapa tips menarik dan cara untuk membentuk rumah tangga yang excellent. Namun disini hanya akan saya ringkas model umah tangga yang penulis sampaikan, untuk lebih lengkapnya baca dibuku. Semoga bermanfaat.

Pertama rumah tangga model hotelHotel hanyalah tempat untuk transit atau singgah sementara. Hanya untuk urusan 3
UR : dapur, kasur dan sumur. Yaitu tempat untuk makan, tidur dan buang hajat. Berdasarkan definisinya, maka rumah tangga model ini menjdikan rumah hanya sekedar tempat untuk 3
UR diatas. Disana jauh dari makna rumah yang sebenarnya, karena nilai-nilai dalam rumah tangga hanya sebagian kecil yang tertunaikan. Bisa dibayangkan bagaimana kondisi rumah tangga yang terbangun ketika situasi ini terjadi dalam sebuah rumah tangga. Pertengkaran dan ketidakharmonisan yang terus melingkupinya. Kehancuran sudah pasti akan terjadi pada rumah tangga model ini.Kedua rumah tanga model rumah sakit

Dalam rumah sakit ada pasien dan dokter yang berlangsung balas jasa antara si pasien dan si dokter. Keduanya sama-sama merasa berperan penting. Dokter merasa berperan penting karena menolong dan mengobati pasien, tanpanya pasien akan terus sakit dan akibat jauhnya adalah meninggal.Sedangkan pasien juga merasa berperan penting karena dengan adanya dia, dokter bisa mendapat gaji sehingga dapurnya bisa mengepul dan melanjutkan hidupnya. Dalam rumah tangga tipe ini terdapat sikap saling menonjolkan peran masing-masing, sehingga tidak ditemukan titik temu dan jauh dri sinergisitas antar keduanya. Sehingga ujung-ujungnya adalah rasa arogan dari masing-masing lantaran merasa perannya dalam rumah tangga adalah yang terbesar. Misalkan istri komentar,”Mas itu sangat beruntung menikah dengan saya. Rumah, mobil dan pekerjaan yang mas dapatkan adalah pemberian dari orangtua saya lantaran mas nikah dengan saya”. Dengan tidak kalah, suami berkata,” Eh dengar ya, seandainya aku tidak menikahi kamu. Kamu akan menjadi perawan tua yang tidak laku. Dan kamu mestinya bersyukur aku mau menikah dengan kamu”. Dalam rumah tangga ini terus terjadi keributan akibat rasa arogan dari masing-masing, walaupun hanya bersumber dari masalah dan hal yang kecil.

Ketiga rumah tangga model pasar

Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli. Dua karakter yang ada dari masing masing adalah pembeli yang ingin dapat harga serendah-rendahnya, dan penjual yang ingin menjual barang dalam harga setinggi-tingginya. Kalau keduanya memberikan definisi harga,” Pokoknya harga sekian.” Disana tidak terdapat koma, maka tidak akan pernah ketemu keduanya, kesepakatan dan transaksi pun tidak akan terwujud. Semisal ketika istri berkata,”Pokoknya aku ndak mau dibatasi, sebagai istri aku tidak mau hanya menjadi ibu rumah tangga, titik.” Suami menjawab,”Pokoknya selama kamu menjadi istriku, tugas kamu adalah mencuci, mengepel, memasak, membersihkan rumah dan mengurus anak, itulah tugas kamu sebagai ibu rumah tangga, titik.” Dalam contoh komunikasi diatas maka masing-masing memunculkan egonya, sehingga kata titik adalah tawaran puncak yang menjadi harga mati dari masing-masing tanpa ada kompromi. Kalau hal ini terjadi maka selamanya diantara keduanya tidak akan terjadi kesepakatan, sebelum kata titik itu diubah dan dilanjutkan dengan satu kalimat penawaran yang lain.

Keempat rumah tangga model kuburan

Suasana yang menonjol dari kuburan adalah sepi, sunyi, tenang dan ndak ada suara. Begitulah rumah tangga model ini, tidak pernah terjadi komunikasi antara penghuninya. Masing-masing diam dalam urusan dan aktivitasnya tanpa punya kepentingan untuk saling berkomunikasi dalam rumah tangga. Masing-masing merasa cukup dengan kerja dan kewajibannya tanpa ada hubungan timbal-balik dan komunikasi yang efektif.

Kelima rumah tangga model sekolah

Dalm model ini ada tiga akivitas, 3A, yaitu Asah, Asih, Asuh. Dalam rumah tangga ini ada komitmen bersama antara suami dan istri untuk saling mengasah, mengasih dan mengasuh. Kata saling disini menunjukkan adanya hubungan dua arah, timbal-balik antara keduanya. Bukan hanya hubungan satu arah. Mengasah berarti saling menajamkan wawasan, suami memberikan hal-hal baru yang berguna kepada istri, dan istri juga sharing pengalaman dan wawasan kepada suami atas pengetahuannya. Sehingga terjadi satu sikap saling melengkapi dan membantu untuk maju. Mengasih adalah hubungan untuk saling perhatian. Mengasuh berarti adanya proses penjagaan dari maing-masing karena ketika telah terjadi proses pernikahan maka sebenarnya terjadi penyatuan antara keduanya. Satu terkena aib maka juga akan berdampak pada pihak yang lain.

Keenam rumah tangga model masjid

Masjid adalah tempat untuk beribadah. Maka disana terdapat nilai-nilai yang sangat tinggi.


Ada empat ciri rumah tangga masjid :

1. Ketulusan. Sebelum sholat kita berwudhu, kita berwudhu bersama. Kita bsuh muka dan tangan kita, kita basuh kaki, kepala, telinga. Kita juga berkumur-kumur semuanya bertujuan untuk kebersihan hati, ketulusan jiwa.
2. Terdapat imam dan makmum. Dalam rumah tangga ini imam adalah suami, sedangkan makmum adalah istri dan anak-anaknya. Ketika imam rukuk, maka istri dan anak-anaknya juga rukuk bersama.
3. Loyalitas. Kesetiaan mutlak dari istri kepada suami, kecuali terdapat penyimpangan.
4. Sholat diakhii dengan salam. Salam ke kanan dan ke kiri. Keselamatan, ketenangan dan kedamaian senantiasa menghiasi rumah tangga model ini. Bukan keresahan, bukan konflik dan bukan
baku hantam.

0 komentar: