Bencana alam dan berbagai persoalan sosial yang melanda negeri ini masih menjadi pekerjaan rumah (PR) yang berat bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia Sepanjang 2009 tercatat terjadi tiga kali bencana alam yang merenggut ribuan korban jiwa dan meluluhlantakkan harta benda. Ribuan anak-anak sebagai generasi penerus menjadi papa. Mereka kehilangan orangtua daan sanak saudara. Ribuan orang mengalami cacat fisik tubuhnya
Pada Jumat subuh, 27 Maret 2009. terjadi bencana jebolnya Situ Gintung di Ciputat, Tangerang Selatan. Dalam musibah ini tercatat 100 orang tewas dan lebih dari 300 orang kehilangan harta benda, rumahnya rata dengan tanah, dan 200 orang yang rumah tinggalnya rusak berat diterjang air bah.
Cobaan berat bagi bangsa Indonesia kembali terjadi pada Rabu, 2 September 2009. Tasikmalaya dan sekitarnya digoyang gempa bumi 7,3 skala richter (SR). Akibatnya, sebanyak 80 orang tewas, ratusan orang cacat, ribuan luka-luka, dan lebih dari 10 ribu orang rumahnya rusak.
Ujian berat bagi bangsa Indonesia kembali terjadi. Pada Rabu. 30 September 2009, gempa bumi 7,6 SR meluluhlantakkan bumi Minangkabau Sebanyak 1.115 orang dinyatakan tewas berdasarkan data dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Selain itu, ribuan orang luka-luka dan ribuan orang lainnya kehilangan tempat tinggal
Jebolnya Situ Gintung, gempa Tasikmalaya dan Sumatera Barat masih meninggalkan persoalan berat bagi korbannya. Sejatinya, pemerintah melalui BNPB dibantu Departemen Sosial (Dep-sos|. Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional dan departemen-departemen terkait, negara sahabat, dan lembaga donor telah berupaya mengatasi masalah yang diakibatkan oleh bencana itu, namun realitanya masih saja belum optimal.
Jangankan tiga bencana yang terjadi tahun lalu, bencana tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2004 saja, yang berarti sudah lima tahun silam, masih meninggalkan masalah pelik yang tidak terselesaikan hingga kini.. Akhir Desember 2009, bertepatan dengan lima tahun peristiwa tsunami itu, ratusan orang warga Aceh menggelar demonstrasi, menuntut pemerintah untuk dibuatkan rumah tinggal, karena hingga saat ini mereka masih tinggal di pengungsian. Alangkah sengsaranya anak-anak bangsa di "Bumi Rencong" itu.
Di luar persoalan akibat bencana alam, masalah sosial yang melilit bangsa Indonesia masih sangat banyak. Yang memprihatinkan kita, tidak kurang dari 34,5 juta jiwa mengalami kemiskinan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 17 juta anak telantar dan rawan telantar, 1,7 juta lanjut usia telantar, dan 2.8 juta penyandang cacat telantar Kenyataan ini hendaknya menjadi perhatian kita semua
Ironisnya, pemerintah dan DPR, sebagai pihak yang bertanggung jawab melaksanakan amanat UUD 1945, tidak memberikan perhatian secara serius. Buktinya, kebijakan penganggaran belum berpihak kepada warga negara kita yang mengalami penderitaan sosial. Alokasi anggaran Depsos yang tahun 2009 sebesar lebih kurang Rp 3,4 triliun, plus anggaran tambahan sebesar Rp 200 miliar untuk program keluarga harapan (PKH). temyata tahun ini sama alias tidak berubah jumlahnya Lagi-lagi, ini menunjukkan bahwa pemerintah dan badan legislatif belum pro rakyat penyandang masalah sosial
Kinerja Depsos
Terkait kinerja Depsos, Menteri Sosial (Mensos) Salim Segaf Al-Jufri dalam penjelasan progres program 100 han. Rabu (30/12), menjabarkan, penyerapan anggaran hingga Desember 2009 sebesar Rp 3,14 triliun atau mencapai 91,66 persen
dari total anggaran yang dialokasikan sebesar Rp 3,43 triliun. "Progres program kerja 100 hari dan penyerapan anggaran cukup bagus, bisa dikatakan mendekati atau semuanya di atas 90 persen. Ini cukup tinggi,* kata Salim Segaf, Rabu (30/ 12).
Depsos telah menjalankan program penanggulangan kemiskinan dengan tiga kluster melalui perlindungan, pemberdayaan, dan pemberian kredit modal usaha "Kita telah melaksanakan program keluarga harapan di mana bantuan untuk 726 nbu rumah tangga sangat miskin (RTSM) di 13 provinsi, 70 kabupaten, dan 779 kecamatan sudah tersalurkan semuanya, sehingga program ini pada 2010 bertambah menjadi 816 ribu RTSM dengan anggaran sekitar Rp 1.3 triliun di 18 provinsi," ujarnya
Untuk bantuan langsung pemberdayaan sosial, diberikan kepada 3.907 kelompok usaha bersama (KUBE) di 32 provinsi. "Ini juga sudah berjalan," katanya menambahkan.Departemen ini juga telah merehabilitasi rumah tidak layak huni sebanyak 2.346 unit dengan biaya rata-rata satu unit Rp 10 juta "Jadi. Depsos telah merehabilitasi rumah-rumah yang memang sangat tidak layak huni," kata Salim Sega.
Kemudian, guna mengantisipasi terjadinya permasalahan sosial, Depsos juga telah membentuk lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga di 33 provinsi dengan menempatkan 5.267 pekerja sosial hingga level kecamatan. "Kami melakukan pelatihan selama dua minggu, kemudian kami angkat mereka untuk ditempatkan di setiap kecamatan dengan tugas memberikan penyuluhan serta memberikan verifikasi data Dengan demikian, ke depan data makin akurat, makin benar, dan makin tepat sasaran," ujarnya
Berkaitan dengan anak jalanan (anjal) serta gelandangan dan pengemis (gepeng), Depsos juga sudah melakukan pembinaan di beberapa titik Misalnya, di Jateng. Yogyakarta, Solo, Makassar, dan DKI Jakarta Dalam dua bulan terakhir ini cukup signifikan jumlahnya Untuk membangun kesejahteraan sosial dan menginginkan agar menjadi mitra pemerintah, Depsos juga telah melakukan pertemuan dengan 120 perusahaan dalam forum Corporate Social Responsibility (CSR) di Solo pada akhir Oktober 2009.
Sedangkan untuk mengan tisi pas Persiapan daerah dalam menghadapi bencana alam. Depsos telah menambah buffer stock untuk kebutuhan-kebutuhan sandang dan pangan di daerah. "Kamijuga telah menambah buffer stock untuk kebutuhan-kebutuhan di daerah yang tidak diinginkan dari bencana, sehingga gudang-gudang di daerah-daerah tercukupi," katanya lagi
Program lain yang tidak kalah penting dalam membantu korban bencana alam, katanya. Depsos sudah melakukan apel taruna siaga bencana (tagana) Dijelaskan bahwa tagana harus selalu siap karena banyak musibah dan cobaan yang menimpa Indonesia Depsos juga telah mengajak tenaga-tenaga profesional di garda terdepan untuk menghadapi bencana banjir, gempa atau rumah roboh.
0 komentar:
Posting Komentar