Setiap individu tentunya akan sangat mengimpikan untuk memperoleh suatu pekerjaan setelah mereka menyelesaikan berbagai pendidikan sejak dari mulai masa kanak-kanak hingga dewasa. Secara umum, pekerjaan dapat didefinisikan sebagai semua aktifitas yang menghasilkan uang. Namun adakalanya dalam sistem masyarakat pribumi cenderung orang belum dianggap bekerja apabila mereka tidak memiliki status sebagai karyawan/pegawai, baik itu di swasta maupun pemerintahan. Budaya masyarakat kita masih menganggap orang yang bekerja dan menyandang status sebagai karyawan memiliki prestise yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang telah bekerja juga tetapi tidak menyandang status karyawan, misalnya berdagang, bermusik, bertani, nelayan, dsb. Berbagai aktifitas yang terakhir disebutkan pada taraf tertentu masih belum memiliki prestise yang baik dalam pandangan masyarakat kita.
Oleh karena itu sangat beruntung orang yang mempunyai pekerjaan dengan memiliki status sebagai karyawan baik itu di swasta, BUMN maupun pemerintahan, apapun itu asalkan baik dan halal. Setidaknya, lebih mempunyai aktivitas dalam mencari penghasilan dibanding dengan (maaf), seorang pengangguran. Namun, adakalanya orang yang bekerja dengan status sebagai karyawan bekerja dibawah tekanan, dalam arti tidak merasa nyaman ketika melakukan pekerjaan itu. Berbeda halnya dengan orang yang bekerja sebagai pedagang, petani ataupun nelayan, mereka tidak menyandang status karyawan, tetapi mereka memiliki kebebasan untuk mengatur cara mereka dalam bekerja.
Orang mungkin beranggapan hal semacam ini wajar. Tapi menurut saya, akan lebih baik ketika menikmati pekerjaan kita, walau berat tapi mengasyikkan. Kita berharap begitu, Namun jika kita tetap juga tidak mampu untuk berusaha menyenangi pekerjaan yang kita lakukan, keluarlah dari pekerjaan kita saat ini dengan syarat kita harus memiliki pilihan dan rencana pekerjaan lain yang hendak kita lakukan jika kita telah resign dari pekerjaan kita saat ini. Jika tidak berusahalah untuk senantiasa bersyukur atas pekerjaan yang telah kita miliki saat ini. Saya akan berbagi sedikit mengenai pengalaman saya dalam menyikapi suatu pekerjaan.
Saya pernah bekerja pada sebuah perusahaan asuransi. Jam bekerja pada Asuransi sebenarnya standar seperti jam-jam bekerja pada perusahaan-perusahaan lainnya, ketika itu saya bekerja mulai dari jam 8.00 hingga jam 17.00. namun aktifitas lembaga keuangan yang cukup menyita, membuat saya pada hari-hari tertentu harus pulang agak lebih lambat dari biasanya. Awalnya ini cukup memberikan tekanan bagi saya. Namun lama kelamaan saya bisa menerima keadaan ini.
Beberapa bulan berlalu, saya cukup menikmati pekerjaan yang saya miliki, namun masih ada yang mengganjal di dalam diri saya, SK pengangkatan saya di perusahaan tersebut adalah sebagai Staf Administrasi Keuangan, namun dalam perjalanannya beberapa bidang pekerjaan yang diluar Aministrasi Keuangan pun harus saya rangkap karena adanya efisiensi dari perusahaan dengan dibatalkannya proses rekruitmen Staf Administrasi Teknik dan Customer Service. Lama kelamaan beban pekerjaan yang harus saya tangani pun semakin meningkat. Job Description yang sangat tidak jelas seperti ini akhirnya membuat saya harus mengambil keputusan untuk keluar dari perusahaan ini. Keputusan ini saya ambil karena saya telah memiliki pilihan untuk bekerja di bidang lain yang saya yakini saya mampu untuk memperolehnya dan menjalaninya.
Tanpa meninggalkan status pekerjaan yang lama saya pun mencoba untuk mengikuti tes penerimaan tenaga pengajar pada sebuah perguruan tinggi negeri, dan alhamdulillah, akhirnya berhasil diterima. Setelah SK saya sebagai tenaga pengajar keluar, barulah saya resign dari perusahaan asuransi. Saya hanya mampu bertahan di perusahaan asuransi ini dalam masa 1 tahun 11 bulan. Dunia yang betul-betul baru saya hadapi, dari dunia keuangan, kini menjadi dunia akademisi. Proses adaptasi dengan dunia baru ini pun saya jalani lebih cepat dibandingkan ketika saya harus beradaptasi dengan sistem bekerja pada lembaga keuangan. Job Description saya pun sangat jelas ketika berada di dunia akademis, hal inilah yang membuat saya lebih tenang dan menyenangi melakukan pekerjaan baru ini.
Dari dua pengalaman saya bekerja pada lingkungan yang berbeda saya dapat mengambil kesimpulan. Pertama, setiap bidang pekerjaan tentunya memiliki resiko tersendiri. Kedua, tidak ada bidang pekerjaan yang ideal yang dapat memenuhi semua harapan kita, tetapi yang harus kita usahakan adalah mendapatkan pekerjaan yang dapat menghargai prestasi dan memberikan prestise tersendiri bagi kita. Ketiga, hampir dapat dipastikan dimanapun kita bekerja kita akan menghadapi berbagai konflik, meskipun kita tidak terlibat di dalamnya namun pasti kita akan melihatnya ada di hadapan kita. Untuk permasalahan ini semuanya terpulang kepada kita bagaimana dalam menyikapinya. Keempat, jumlah nominal gaji merupakan hal yang penting namun bukan merupakan faktor utama dalam mendukung kinerja dan kepuasan kita. Dalam jangka pendek memang hal itu bisa mempengaruhi, namun dalam jangka panjang, penghargaan atas prestasi dan jalinan komunikasi yang baik di dalam dunia kerja merupakan faktor utama dalam mempengaruhi kinerja dan kenyamanan dalam bekerja dibandingkan dengan gaji yang tinggi. Ada beberapa teman saya yang masih juga mengeluh dengan pekerjaannya meskipun nominal gaji yang diterimanya sangat besar. Alasan utamanya adalah karena suasana dan sistem kerja yang tidak menunjang. Saya juga mengalami hal ini, saya rela melepaskan tawaran untuk kenaikan gaji, tambahan fasilitas dan status jika saya terus bekerja di perusahaan asuransi demi untuk mendapatkan pekerjaan baru yang lebih memberikan jaminan terhadap penghargaan atas prestasi dan bidang tugas yang jelas.
Semua permasalahan diatas pasti akan kita jumpai dimanapun kita bekerja. Namun yang harus menjadi pegangan bagi kita adalah apakah kita menyenangi pekerjaan yang kita lakukan atau tidak dan bidang tugas yang kita tangani juga harus jelas. Jika dua hal ini telah kita miliki insya Allah kita akan mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi dan kondisi dalam lingkungan tempat kita bekerja.
Lain lagi dengan yang dialami oleh teman saya, proses adaptasi yang harus dilaluinya untuk bekerja pada sebuah Bank Pemerintah harus dijalani dengan amat susah payah, jam kerja yang sangat menyita waktu, lokasi yang berada di wilayah kabupaten, jauh dari sanak saudara, dan beragam konflik internal membuatnya sangat tertekan menghadapi pekerjaannya saat ini.
Saya pernah bertukar pikiran dengan ayah dan ibu saya dan berbicara panjang lebar tentang adaptasi dalam dunia kerja. Yang cukup memberikan dorongan bagi saya ketika itu adalah salah satu ucapan mereka yaitu “Bersyukur dan tetaplah tegar, semua pasti ada jalan keluarnya”, begitu katanya setelah panjang lebar saya menceritakan keadaan saya sewaktu masih bekerja di perusahaan asuransi. Terlihat klasik memang, pandangan yang sangat simple pula. Hanya itu yang bisa mereka berikan. Bersyukur, begitulah seharusnya karena minimal kerjaan sudah ada, bisa jadi karyawan dengan jalan wajar dan tes yang cukup rumit, tidak dengan menyuap, bukankah perlu disyukuri. Selanjutnya adalah sikap tegar. Ketika dihadapkan pada berbagai masalah, dilematis memang. Tegar, adalah kata yang tepat untuk itu. Memang kadang masalah begitu besar. Tapi, toh kita sendiri yang punya ukuran tentang besar kecilnya sebuah masalah. Dan setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Yakinlah !.
Ada beberapa tips yang pernah saya baca, tentang bagaimana kita bisa bahagia menikmati pekerjaan kita.. Semoga saja bisa membantu. Mudah-mudahan kita bisa menikmati pekerjaaan. Penghasilan dapat, hatipun senang.
(1) Bekerja adalah Ibadah
Bekerja untuk ibadah. Hal ini terkait dengan niat kita, apa yang kita lakukan, peras keringat, banting tulang, ketika diniatkan untuk ibadah, insya Allah akan memberikan semangat tersendiri dalam hati dan diri kita. Bagi seorang kepala keluarga misalnya, sungguh teramat mulia jika niatan ini selalu ada dalam sanubarinya. Hati menjadi ringan ketika melakukan pekerjaan, apalagi ketika terbayang akan sebuah tanggungjawab untuk memberikan nafkah bagi istri dan anak-anaknya. Semangat dan terus bersemangat bekerja lagi bukan.
(2) Persaudaraan Di Lingkungan Kerja.
Dalam lingkup kerja, memang tak saling kenal sebelumnya. Tetapi alangkah indahnya ketika kita memperlakukan rekan kerja sebagai seorang saudara. Dengan begitu, akan sulit bagi kita untuk terlalu iri, saling curiga berlebihan, apalagi saling menjatuhkan. Tak akan terbesit sikap demikian karena sama saja dengan manghancurkan saudara sendiri. Kalau kita melihat sesama karyawan misalnya melakukan kesalahan, tentu tak ada sikap lain bagi kita untuk mengingatkannya, tentunya dengan cara personal dari hati ke hati, bukan di tempat umum karena bisa menyakitkannya.
(3) Ciptakan Suasana Yang Nyaman.
Entah itu ruang kerja, dekorasi ruangan maupun suasana interaksi antar sesama. Membangun komunikasi empatik itu penting. Seperti saling menanyakan kabar baru, menjaga seyuman dan sapaan-sapaan ramah lainnya, termasuk canda tawa kadang diperlukan asalkan tak berlebihan. Ada canda tawa yang membuat suasana cair, tak hanya di level bawah, jajaran pimpinan pun kerap terlibat dalam canda tawa itu sehingga suasana kantor mengasyikkan. Begitulah, hari-hari begitu menyenangkan.
Bila anda tetap saja tak mencintai pekerjaan anda, maka cintailah orang-orang yang bekerja di sana. Rasakan kegembiraan dari pertemanan itu. Dan, pekerjaan pun jadi menggembirakan. Bila anda tak bisa mencintai rekan-rekan kerja anda, maka cintailah suasana dan gedung kantor anda. Ini mendorong anda untuk bergairah berangkat kerja dan melakukan tugas-tugas dengan lebih baik lagi. Bila toh anda juga tidak bisa melakukannya, cintai setiap pengalaman pulang pergi dari dan ke tempat kerja anda. Perjalanan yang menyenangkan menjadikan tujuan tampak menyenangkan juga. Namun, bila anda tak menemukan kesenangan di sana, maka cintai apa pun yang bisa anda cintai dari kerja anda: tanaman penghias meja, cicak di atas dinding, atau gumpalan awan dari balik jendela. Apa saja. Bila anda tak menemukan yang bisa anda cintai dari pekerjaan anda, maka mengapa anda ada di situ? Tak ada alasan bagi anda untuk tetap bertahan. Cepat pergi dan carilah apa yang anda cintai, lalu bekerjalah di sana. Hidup hanya sementara. Tak ada yang lebih indah selain melakukan dengan rasa cinta yang tulus.
Inilah kunci yang membuat kita mencintai pekerjaan kita, hasilnya kita akan
bahagia menikmati pekerjaan kita.
Keep spirit and smart in your work !!.
Oleh karena itu sangat beruntung orang yang mempunyai pekerjaan dengan memiliki status sebagai karyawan baik itu di swasta, BUMN maupun pemerintahan, apapun itu asalkan baik dan halal. Setidaknya, lebih mempunyai aktivitas dalam mencari penghasilan dibanding dengan (maaf), seorang pengangguran. Namun, adakalanya orang yang bekerja dengan status sebagai karyawan bekerja dibawah tekanan, dalam arti tidak merasa nyaman ketika melakukan pekerjaan itu. Berbeda halnya dengan orang yang bekerja sebagai pedagang, petani ataupun nelayan, mereka tidak menyandang status karyawan, tetapi mereka memiliki kebebasan untuk mengatur cara mereka dalam bekerja.
Orang mungkin beranggapan hal semacam ini wajar. Tapi menurut saya, akan lebih baik ketika menikmati pekerjaan kita, walau berat tapi mengasyikkan. Kita berharap begitu, Namun jika kita tetap juga tidak mampu untuk berusaha menyenangi pekerjaan yang kita lakukan, keluarlah dari pekerjaan kita saat ini dengan syarat kita harus memiliki pilihan dan rencana pekerjaan lain yang hendak kita lakukan jika kita telah resign dari pekerjaan kita saat ini. Jika tidak berusahalah untuk senantiasa bersyukur atas pekerjaan yang telah kita miliki saat ini. Saya akan berbagi sedikit mengenai pengalaman saya dalam menyikapi suatu pekerjaan.
Saya pernah bekerja pada sebuah perusahaan asuransi. Jam bekerja pada Asuransi sebenarnya standar seperti jam-jam bekerja pada perusahaan-perusahaan lainnya, ketika itu saya bekerja mulai dari jam 8.00 hingga jam 17.00. namun aktifitas lembaga keuangan yang cukup menyita, membuat saya pada hari-hari tertentu harus pulang agak lebih lambat dari biasanya. Awalnya ini cukup memberikan tekanan bagi saya. Namun lama kelamaan saya bisa menerima keadaan ini.
Beberapa bulan berlalu, saya cukup menikmati pekerjaan yang saya miliki, namun masih ada yang mengganjal di dalam diri saya, SK pengangkatan saya di perusahaan tersebut adalah sebagai Staf Administrasi Keuangan, namun dalam perjalanannya beberapa bidang pekerjaan yang diluar Aministrasi Keuangan pun harus saya rangkap karena adanya efisiensi dari perusahaan dengan dibatalkannya proses rekruitmen Staf Administrasi Teknik dan Customer Service. Lama kelamaan beban pekerjaan yang harus saya tangani pun semakin meningkat. Job Description yang sangat tidak jelas seperti ini akhirnya membuat saya harus mengambil keputusan untuk keluar dari perusahaan ini. Keputusan ini saya ambil karena saya telah memiliki pilihan untuk bekerja di bidang lain yang saya yakini saya mampu untuk memperolehnya dan menjalaninya.
Tanpa meninggalkan status pekerjaan yang lama saya pun mencoba untuk mengikuti tes penerimaan tenaga pengajar pada sebuah perguruan tinggi negeri, dan alhamdulillah, akhirnya berhasil diterima. Setelah SK saya sebagai tenaga pengajar keluar, barulah saya resign dari perusahaan asuransi. Saya hanya mampu bertahan di perusahaan asuransi ini dalam masa 1 tahun 11 bulan. Dunia yang betul-betul baru saya hadapi, dari dunia keuangan, kini menjadi dunia akademisi. Proses adaptasi dengan dunia baru ini pun saya jalani lebih cepat dibandingkan ketika saya harus beradaptasi dengan sistem bekerja pada lembaga keuangan. Job Description saya pun sangat jelas ketika berada di dunia akademis, hal inilah yang membuat saya lebih tenang dan menyenangi melakukan pekerjaan baru ini.
Dari dua pengalaman saya bekerja pada lingkungan yang berbeda saya dapat mengambil kesimpulan. Pertama, setiap bidang pekerjaan tentunya memiliki resiko tersendiri. Kedua, tidak ada bidang pekerjaan yang ideal yang dapat memenuhi semua harapan kita, tetapi yang harus kita usahakan adalah mendapatkan pekerjaan yang dapat menghargai prestasi dan memberikan prestise tersendiri bagi kita. Ketiga, hampir dapat dipastikan dimanapun kita bekerja kita akan menghadapi berbagai konflik, meskipun kita tidak terlibat di dalamnya namun pasti kita akan melihatnya ada di hadapan kita. Untuk permasalahan ini semuanya terpulang kepada kita bagaimana dalam menyikapinya. Keempat, jumlah nominal gaji merupakan hal yang penting namun bukan merupakan faktor utama dalam mendukung kinerja dan kepuasan kita. Dalam jangka pendek memang hal itu bisa mempengaruhi, namun dalam jangka panjang, penghargaan atas prestasi dan jalinan komunikasi yang baik di dalam dunia kerja merupakan faktor utama dalam mempengaruhi kinerja dan kenyamanan dalam bekerja dibandingkan dengan gaji yang tinggi. Ada beberapa teman saya yang masih juga mengeluh dengan pekerjaannya meskipun nominal gaji yang diterimanya sangat besar. Alasan utamanya adalah karena suasana dan sistem kerja yang tidak menunjang. Saya juga mengalami hal ini, saya rela melepaskan tawaran untuk kenaikan gaji, tambahan fasilitas dan status jika saya terus bekerja di perusahaan asuransi demi untuk mendapatkan pekerjaan baru yang lebih memberikan jaminan terhadap penghargaan atas prestasi dan bidang tugas yang jelas.
Semua permasalahan diatas pasti akan kita jumpai dimanapun kita bekerja. Namun yang harus menjadi pegangan bagi kita adalah apakah kita menyenangi pekerjaan yang kita lakukan atau tidak dan bidang tugas yang kita tangani juga harus jelas. Jika dua hal ini telah kita miliki insya Allah kita akan mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi dan kondisi dalam lingkungan tempat kita bekerja.
Lain lagi dengan yang dialami oleh teman saya, proses adaptasi yang harus dilaluinya untuk bekerja pada sebuah Bank Pemerintah harus dijalani dengan amat susah payah, jam kerja yang sangat menyita waktu, lokasi yang berada di wilayah kabupaten, jauh dari sanak saudara, dan beragam konflik internal membuatnya sangat tertekan menghadapi pekerjaannya saat ini.
Saya pernah bertukar pikiran dengan ayah dan ibu saya dan berbicara panjang lebar tentang adaptasi dalam dunia kerja. Yang cukup memberikan dorongan bagi saya ketika itu adalah salah satu ucapan mereka yaitu “Bersyukur dan tetaplah tegar, semua pasti ada jalan keluarnya”, begitu katanya setelah panjang lebar saya menceritakan keadaan saya sewaktu masih bekerja di perusahaan asuransi. Terlihat klasik memang, pandangan yang sangat simple pula. Hanya itu yang bisa mereka berikan. Bersyukur, begitulah seharusnya karena minimal kerjaan sudah ada, bisa jadi karyawan dengan jalan wajar dan tes yang cukup rumit, tidak dengan menyuap, bukankah perlu disyukuri. Selanjutnya adalah sikap tegar. Ketika dihadapkan pada berbagai masalah, dilematis memang. Tegar, adalah kata yang tepat untuk itu. Memang kadang masalah begitu besar. Tapi, toh kita sendiri yang punya ukuran tentang besar kecilnya sebuah masalah. Dan setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Yakinlah !.
Ada beberapa tips yang pernah saya baca, tentang bagaimana kita bisa bahagia menikmati pekerjaan kita.. Semoga saja bisa membantu. Mudah-mudahan kita bisa menikmati pekerjaaan. Penghasilan dapat, hatipun senang.
(1) Bekerja adalah Ibadah
Bekerja untuk ibadah. Hal ini terkait dengan niat kita, apa yang kita lakukan, peras keringat, banting tulang, ketika diniatkan untuk ibadah, insya Allah akan memberikan semangat tersendiri dalam hati dan diri kita. Bagi seorang kepala keluarga misalnya, sungguh teramat mulia jika niatan ini selalu ada dalam sanubarinya. Hati menjadi ringan ketika melakukan pekerjaan, apalagi ketika terbayang akan sebuah tanggungjawab untuk memberikan nafkah bagi istri dan anak-anaknya. Semangat dan terus bersemangat bekerja lagi bukan.
(2) Persaudaraan Di Lingkungan Kerja.
Dalam lingkup kerja, memang tak saling kenal sebelumnya. Tetapi alangkah indahnya ketika kita memperlakukan rekan kerja sebagai seorang saudara. Dengan begitu, akan sulit bagi kita untuk terlalu iri, saling curiga berlebihan, apalagi saling menjatuhkan. Tak akan terbesit sikap demikian karena sama saja dengan manghancurkan saudara sendiri. Kalau kita melihat sesama karyawan misalnya melakukan kesalahan, tentu tak ada sikap lain bagi kita untuk mengingatkannya, tentunya dengan cara personal dari hati ke hati, bukan di tempat umum karena bisa menyakitkannya.
(3) Ciptakan Suasana Yang Nyaman.
Entah itu ruang kerja, dekorasi ruangan maupun suasana interaksi antar sesama. Membangun komunikasi empatik itu penting. Seperti saling menanyakan kabar baru, menjaga seyuman dan sapaan-sapaan ramah lainnya, termasuk canda tawa kadang diperlukan asalkan tak berlebihan. Ada canda tawa yang membuat suasana cair, tak hanya di level bawah, jajaran pimpinan pun kerap terlibat dalam canda tawa itu sehingga suasana kantor mengasyikkan. Begitulah, hari-hari begitu menyenangkan.
Bila anda tetap saja tak mencintai pekerjaan anda, maka cintailah orang-orang yang bekerja di sana. Rasakan kegembiraan dari pertemanan itu. Dan, pekerjaan pun jadi menggembirakan. Bila anda tak bisa mencintai rekan-rekan kerja anda, maka cintailah suasana dan gedung kantor anda. Ini mendorong anda untuk bergairah berangkat kerja dan melakukan tugas-tugas dengan lebih baik lagi. Bila toh anda juga tidak bisa melakukannya, cintai setiap pengalaman pulang pergi dari dan ke tempat kerja anda. Perjalanan yang menyenangkan menjadikan tujuan tampak menyenangkan juga. Namun, bila anda tak menemukan kesenangan di sana, maka cintai apa pun yang bisa anda cintai dari kerja anda: tanaman penghias meja, cicak di atas dinding, atau gumpalan awan dari balik jendela. Apa saja. Bila anda tak menemukan yang bisa anda cintai dari pekerjaan anda, maka mengapa anda ada di situ? Tak ada alasan bagi anda untuk tetap bertahan. Cepat pergi dan carilah apa yang anda cintai, lalu bekerjalah di sana. Hidup hanya sementara. Tak ada yang lebih indah selain melakukan dengan rasa cinta yang tulus.
Inilah kunci yang membuat kita mencintai pekerjaan kita, hasilnya kita akan
bahagia menikmati pekerjaan kita.
Keep spirit and smart in your work !!.
2 komentar:
ndak diwei judul to kang?
tapi manteb iki...tetep semangat ya bro..!!!
kerja kerja dan kerja hidup koq bagai diperbudak kerja hehe piss boz
Posting Komentar